Gedung KPK

Penulis : Muhammad Alamsyah Putra Pada : 4/10/21

Pemecatan pegawai KPK adalah pelemahan KPK?

Baru baru ini sedang ramai dimedia sosial tentang pemecatan sejumlah anggota KPK. Sebanyak 57 anggota KPK diberhentikan per 30 September kemarin. Novel Baswedan adalah salah satu diantara 57 anggota lainnya. Padahal Novel Baswedan merupakan salah satu senior di KPK.

Akan tetapi, pemecatan tersebut tidak “pandang bulu”. Seorang tokoh senior juga tetap kena “pembersihan” pada lembaga KPK tersebut. Abraham Samad, ketua komisi KPK (2011-2015) menyayangkan pemecatan 57 anggota KPK. “Hari ini saya sebenarnya sedih karena saya meyakini agenda pemberantasan korupsi kalau ditinggal oleh teman-teman 57 ini akan berhenti di tengah jalan. Itu keyakinan saya,” tuturnya. apakah pemecatan 57 anggota KPK berakhir menjadi pelemahan Lembaga KPK?

Yang menjadi pertanyaan, apakah pemecatan 57 anggota KPK berakhir pada pelemahan Lembaga KPK?

Statement yang pertama. Dulunya KPK adalah lembaga independen dan tidak ada yang mengawasi. Karena keindependenanya, anggota KPK ada yang terjerat kasus suap-menyuap. KPK yang seharusnya memberantas segala jenis korupsi malah menambah kasus yang ada. Siapa sih anggota KPK yang korupsi?.

Stepanus Robin Patujju adalah seorang penyidik KPK yang menerima suap dari Wali Kota Tanjungbalai, M Syahrial. Diduga Stepanus Robin Patujju menerima suap sebesar 1,5 M. Banyak to?.

Maka dari itu, pemerintah merencanakan pengalihan kekuasaan KPK yang tadinya badan independen sekarang menjadi badan yang diawasi negara dan anggotanya beralih status menjadi ASN.

Dengan adanya pembetukan badan pengawasan diKPK, sekarang anggota KPK tidak bebas seperti dulu. KPK harus mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.

Statement yang kedua, KPK juga “main” politik. Yang diharapkan dari adanya KPK adalah terciptanya Indonesia bebas korupsi. Tetapi dengan adanya permainan politik ini maka banyak para pejabat di Indonesia yang secara tidak langsung dilindungi oleh KPK. Contohnya seperti kasus korupsi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Tindakan korupsi yang dilakukan Anies Baswedan selalu dilindungi oleh saudaranya yaitu Novel Baswedan. Sekarang tau kan kenapa Novel Baswedan ikut dalam 57 anggota yang dipecat?

Statement yang ketiga, anggaran yang diberikan KPK tidak menghasilkan feedback yang besar bagi Indonesia. KPK kalah dengan jaksa yang sudah memberikan feedback yang luar biasa bagi Indonesia.

Statement yang keempat, Indonesian Corruption Watch (ICW) ternyata bersahabat dengan KPK. Bahkan Professor Romli Atmasasmita, guru besar hukum, pernah membongkar ICW yang mengatakan bahwa ICW mendapatkan bantuan asing senilai Rp 96 M lewat bantuan KPK. Tetapi ICW menyangkal tuduhan itu dan menganggap hanya fitnah belaka. Kalau fitnah belaka kenapa tidak dilaporkan saja pak? Tetapi ICW tidak berani melaporkannya. Jadi sudah jelas kan?. Oleh karena itu, ketika ada revisi UU KPK, ICW paling depan menolak adanya revisi tersebut dan menganggap pelemahan KPK.

Dengan adanya pemecatan 57 anggota KPK, mungkin sudah sepantasnya anggota KPK diganti dengan yang muda-muda dan masih fresh. KPK yang sekarang sudah kembali ke pangkuan pemerintahan. Terbukti adanya pemasangan foto presiden dan wakil presiden.